Rabu, 14 Juli 2010

 
     Keberadaan prasasti Kutai atau tiang bayu (yupa) merupakan bukti tentang keberadaan kerajaan pertama pertama yang ada di Indonesia. Selain itu keberadaan Yupa di Kalimantan Timur, tepatnya di Bukit Berubus, Muara Kamal yang ditemukan pada tahun 1879 merupakan bukti pertama ditemukannya tulisan di Indonesia. Keberadaan tulisan dalam sejarah manusia, merupakan simbol peradaban yang besar. Dalam ilmu sejarah keberadaan tulisan sebagai bukti bahwa manusia telah masuk kedalam zaman sejarah atau bisa dikatan sudah masuk zaman Nirleka.
     Sampai saat ini telah ditemukan sebanyak tujuh buah Yupam, dan kemungkinan masih banyak m, dan kemungkinan masih banyak Yupa-yupa yang lain. Prasasti yang ditemukan di Kalimantan Timur pada asanya hanya ditemukan sekitar empat buah Yupa, seiring dengan berjalannya waktu dan penggalian terhadap benda-benda sejarah terus digalakan maka ditemukan tiga buah Yupayang lainnya. Menurut Kern, hurup yang dipahat pada yang lainnya. Menurut Kern, hurup yang dipahat pada Yupa itu adalah hurup Palawa yang berasal dari awa abad ke V Masehi, sedangkan bahasanya adalah Sanskerta. Pendirian sebuah Yupa merupakan perintah yang muncul dari seorang penguasa pada masa itu, penguasa yang dimaksud disini adalah Mulawarman. Dari keterangan ini kita bisa memastikan bahwa dia adalah seorang Indonesia asli, karena hakekatnya masih menggunakan nama Indonesia asli, Kudungga.
     Prasasti yang ditemukan dan membahas atau menulis tentang silsilah kebedaan Mulawarman, yang dinyatakan sebagai penguasa di Kerajan atau daerah Kutai kuno itu, berbunyi:
     
                Crimatah cri-narendrasya,
                Kundungasya mahatmanah,
                Putro cvavarmmo vikhyatah,
                Vancakartta yathancuman,
                Tasya putra mahatmanah,
                Trayas traya ivagnayah,
                Tesan trayanam pravarah,
                Tapo-bala-damanvitah,
                Cri mulavarmma rajendro,
Yastpa bahusuvarnnakam,
Tasya yajnasya yupo yam,
Dvijendrais samprakalpitah.
Terjemahan dari isi Yupa tersebut adalah:
“Sang Maharaja Kudungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarmman namanya, yang seperti sang Angsuman (=dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (salamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh pra Brahmana.”
     Dari Prasasti ini kita dapat mengetahui tentang keberadaan silsilah penguasa daerah Kutai kuno. Dalam prasasti setidak-tidaknya ada menyebutkan tiga angkatan keluarga, dimulai dari Kudungga yang mempunyai anak bernama Aswawarmman, dan Aswawarmman mempunyai tiga orang anak, seorang di antaranya adalah bernama Mulawarmman.
     Yang tidak kalah menarik dari keberadaan prasasti ini adalah berita penyebutan pendiri kerajaan (vansakertta/wangsakerta) ialah Aswawarmman, bukan Kudungga ayahnya. Disini justru yang dikayakan sebagai raja pertamanya adalah Aswawarmman, bukan Kudungga. Nama Aswawarmman sudah mengenal berbau nama-nama India, sedangkan nama Kudungga sendiri masih tergolong nama asli Indonesia.
     Penunjukan Aswawarmman sebagai raja pertama dimungkinkan bahwa pada masa sebelumnya, yaitu Kudungga masih dalam bentuk keluarga, sedangkan pada masa Aswawarmman sudah mengenal yang namanya sistem tata pemerintahan termasuk tulisan. Hal ini didasari oleh nama yang digunakan dan adanya sebuah tulisan. Dengan adanya pengaruh India dan India sudah sejak lama mengenal sistem kerajaan maka tidak menuntu kemungkinan pada masa Aswawarmman pertama kalinya diterapkan sistem pemerintahan kerajaan, dari yang sebelumnya bersifat kelompok dan keluarga.
Prasasti lain yang dikelurkan oleh Raja Mulawarmman, berbunyi sebagai berikut:
                Crimad-viraja-kirtteh
Rajnah cri-mulavarmmanah punyam
Crnantu vipramukhyah
Ye canya sadhavah purusah
Bahudana-jivadanam
Sakalpavrksam sabhumidanan ca
Tesam punyagananam
Yupo yam stahipito vipraih
Terjemahan dari isi prasati diatas adalah:
“dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarmman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon Kalpa(yang memberi segaa keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubungan dengan semua kebaikan itulah tugu in didirikan oleh para Brahmana (sebagai peringatan).”
Dalam prasasti ini menceritakan tentang kebaikan Raja Mulawarmman yang tidak pernah putus memberikan hadiah kepada orang-orang yang dicintainya. Kebaikan ini merupakan sebuah wujud pengabdian seorang pemimpin demi mensejahtrakan rakyatnya dari brbagai golongan.
Prasati yang ketiga berbunyi:
Sri-mulavarmmana rajna
Yad dattan tila-patvvatam
Sa-dipamalaya sarddham
Yupo yam likhitas tayoh
Artinya:
“Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarmman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.”
Prasasti yang keempat berbunyi:
Srimato nrpamukhyasya
Rajnah sri muavarmmanah
Danam punyatame ksetre
Yad dattam vaprakesvare
Dvijatibhyo gnikalpebhyah
Vinsatir nggosahasrikam
Tasya punyasya yupo yam
Krto viprair ihagataih
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
“Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahman yang seperti api, (bertempat) di tanah yang sangat suci (bernama)Waprakeswara. Untuk (peringatan) akan kebaikan budi yang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para brahmana yang datang di tempat ini”.
Prasasti lain yang ditemukan di Wilayah Kutai, berbunyi sebagai berikut:
Sri-mulavarmma rajendra (h) sama vijitya parttya (van)
Karadam nrpatimms cakre yatha raja yudhisthirah
Catvarimsat sahasrani sa dadau vapprakesvare
Ba … trimsat sahasrani punar ddadau
Malam sa punar jivadanam pritagvidham
Akasadipam dharmmatma parttivendra (h) svake pure
… … … … … … … mahatmana
Yupo yam sth (apito) viprair nnana desad iha (gataih//)
Terjemahan dari tulisan diatas adalah sebagai berikut:
“Raja Mulawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan perang, dan menjadikan mereka bawahannya seperti yang dilakukan oleh raja Yudisthira. Di Waprakeswara Raja Mulawarman menghadiahkan (sesuatu) 40 ribu, lalu 30 ribu lagi. Raja yang saleh tersebut juga memberikan Jivadana dan cahaya terang (?) di kotanya. Yupa ini didirikan oleh para Brahmana yang datang ke sini dari pelbagai tempat”.
     Dari berbagai prasasti yang ditemukan di Kalimantan Timur sampai saat ini, kita dapat mengetahui nama-nama berbagai tokoh, serta bagaimana sepak terjang kehidupan mereka dalam menjalankan kepercayaan atau keagamaan. Namun sampai sangat sedikit keterangan yang menyebutkan tentang kehidupan dan keadaan masyaraktnya. Keterbatasan mengenai masalah kehidupan masyarakat ini tidak terlepas dari sebuah kebiasaan para raja pada masa itu. Pada zaman kerajaan Hindu-Budha sangat sedikit sumber yang menyinggung masalah kemasyarakatan, tetapi mereka kebanykan membahas mengenai kehidupan Raja dan bagaimana raja tersebut berhubungan dengan agamanya. Dalam agama Hindu Budha dikenal konsep Dewa Raja, yaitu Raja sebagai perwakilan dewa atau titisan dewa.
Karena raja sebagai orang besar dan dianggap sebagai utusan Dewa untuk mengelola atau mengatur bumi, maka nama seorang Raja banyak tercatat dalam berbagai tulisan seperti prasasti. Nama raja selain tercatat dalam masalah pemerintahan juga tidak sedikit banyak tertulis dalam masalah keagamaan.

0 komentar:

Translate

Entri Populer

Total Pengunjung

Pengikut