Senin, 16 Agustus 2010
17 Agustus 2010 ,Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) genap berusia 65 tahun. Artinya, bangsa Indonesia sudah menghirup udara kebebasan setengah abad lebih pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Bagi Indonesia, kemerdekaan ini bukan hal yang murah dan mudah. Sebab, harus merebutnya dari tangan kaum penjajah dengan perjuangan panjang melelahkan. Juga pengorbanan yang tak terhingga nilainya,. Nyawa jadi taruhan, cucuran darah, serta tetesan air mata.
Ribuan, bahkan mungkin jutaan pejuang negeri ini yang gagah-berani gugur di medan perang demi satu tekad. Indonesia Merdeka. Berdaulat, lahir sebagai bangsa yang berharkat-martabat, dan derajat setara dengan bangsa lainnya di muka bumi ini dalam menentukan nasib dan kehendak.
Tak heran, Indonesia dikenal dengan “gudang” pahlawan karena kegigihan para pejuangnya di laga perang ketika mengusir penjajah. Keberanian, semangat nasionalisme, dan patriotisme dari para pahlawan inilah yang mengantarkan Indonesia merdeka. Soal kepahlawanan kaum pejuang Tanah Air , pastinya tidak akan selesai dalam satu malam. Cerita heroisme dari berbagai pelosok Nusantara takkan habis ditelan zaman. Inilah fakta yang membuktikan jika Indonesia adalah Negara Pejuang.
Kini para pahlawan tangguh itu telah tiada. Perjuangan dan pengorbanan mereka tidaklah sia-sia. Jiwa-raga, harta-benda yang mereka korbankan berbuah kemerdekaan. Namun perjuangan belum selesai. Pahlawan hanya mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Generasi saat inilah yang harus meneruskan babak baru perjuangan di era kemerdekaan..
Kehidupan dari kaum veteran menjadi sisi dramstis dari perjalanan perjuangan Indonesia sepanjang masa. Ihwalnya, veteran yang tak lain para pejuang yang masih hidup di alam kemerdekaan itu, ternyata nasibnya tidak seharum bunga di taman makam pahlawan.
Dalam sisa hidupnya, di saat kerentaan mereka menghampiri justru harus dipertaruhkan untuk bertahan hidup yang sarat materialistis. Ironis, bagi mereka kemerdekaan yang hakiki hanya angan-angan. Belum seratus persen mereka bisa menenguk hasil jerih payah dahulu ketika mengangkat senjata bambu runcing dalam menghadapi gemburan meriam pasukan musuh. Tapi yang pasti mereka tak akan pamrih akan jasa-jasanya terdahulu.
Pepatah mengatakan, bangsa besar adalah yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Tentu, kata bijak ini bukan sekadar slogan dengan membiarkan nasib veteran berada dalam jurang kemiskinan. Apakah kita yang hidup enak atau para pembesar negara ini yang sarat dengan fasilitas membiarkan veteran ada dalam ketidakberuntungan???
Label:
Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Blog Archive
Label
- Agama (2)
- Android (4)
- B. indonesia (10)
- B.Inggris (5)
- Biologi (40)
- Blogging Tips N Trick (4)
- EXACT 2 File (1)
- Fisika (15)
- Geografi (3)
- Indonesia (9)
- Kimia (19)
- Linux (8)
- Lyrycs n Songs (16)
- Misteri (13)
- Neuro Associative Conditioning (3)
- Olahraga (7)
- Sejarah (19)
- Software (15)
- Teknologi (37)
- Tips N Info (79)
- Tokoh (7)
Entri Populer
-
Halo semuanya... Saya kembali lagi, setelah lama tidak posting di blog ini karena beberapa urusan kerjaan Well, kali ini saya akan shar...
-
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, serta yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884. ...
-
Koneksi internet yang super kilat sangat diminati bagi para penggunanya, siapa yang gak mau internetan secepat kilat coba? Banyak sekali ...
-
Dalam menjalankan sistem operasi terutamanya BackTrack kita tentunya harus memiliki pengetahuan dasar menggunakannya, berikut ini saya akan...
-
Dapatkah Google+ (Google Plus) mencuri pengguna dari Facebook? Ya. Ada beberapa alasan yang baik untuk beralih dari Facebook ke Google+, m...
-
Sendiri . . . Ada rasa yang terus menggelayut dalam kesendirianku. Dimana tak ada seorang pun yang menemaniku di sekitarku. Aku tak ber...
-
Ikan hias: kiri Melanotaenia ammeri dan kanan Hypseleotris compressa
0 komentar:
Posting Komentar