Minggu, 30 Oktober 2011
Namun kabanyakan orang tidak cukup sadar akan potensi itu. Sejak jaman nabi-nabi pun, ‘bagus’ saja tidak cukup, kita dituntut untuk mampu mengkomunikasikan dan membuktikan bahwa kita layak disebut ‘bagus’.
Selain kesenangan dan cinta yang menuntun kita pada ketekunan dan konsistensi untuk menghasilkan karya-karya terbaik yang paling mungkin kita bisa hasilkan, kesadaran akan apa yang kita kerjakan lah yang akan membuat kita mempunyai nilai lebih. Karena kesadaran akan memaksa kita untuk mencari alasan, yang akan membuat kita mampu menyampaikan nilai, komitmen, dan statement yang kita anut atau miliki.
Seorang seniman tanpa statement hanyalah orang trampil yang tidak mempunyai tanggung jawab artistik. Setelah itu, karya akan berbicara dengan sendirinya, karya adalah representasi diri kita, karya adalah proposal terbaik.
Namun ada variable lain, yaitu pilihan, seperti apa kita ingin menjadi dan seperti apa kita ingin dikenang. Ini bukan hanya seberapa besar uang yang bisa kita hasilkan dan seberapa terkenal kita, ‘sukses’ sesungguhnya sangat personal dan otentik, kita sendiri yang menentukan dan merumuskannya.
Ijinkan saya bercerita;
Sebelum pergi ke New York, bersama Jogja Hip Hop Foundation, saya mendapatkan tawaran iklan dua kali menggunakan lagu Jogja Istimewa. Namun tawaran itu kami tolak, alasannya lagu itu dibuat khusus untuk kami dedikasikan bagi seluruh masyarakat Yogyakarta, meskipun kami yang menulis lagunya, domainnya milik Yogyakarta. Tawaran semacam itu secara moral tidak bisa kami terima, kecuali menggunakan lagu baru khusus untuk iklan tersebut. Kami bukan anti iklan dan anti duit, bahkan manggung di kampanye Pilkada pun bisa kami lakukan. Sebulan setelah pulang dari New York, saya mendapat tawaran dari Intel Inside Corp untuk membuat feature yang bercerita tentang kehidupan saya sebagai seniman. Akhirnya saya melibatkan seluruh teman-teman Jogja Hip Hop Foundation dan menerima tawaran prestisius namun sopan ini.
Dari cerita ini, saya ingin menyampaikan sebuah kalimat yang sudah sering saya sampaikan; “setiap pilihan punya peluang dan resikonya masing-masing”.
Sebagai penutup, kembali saya mengutip judul buku Paul Arden; “It’s not how good you are, It’s how good you want to be”.
Salam
Kill the DJ
Label:
Tips N Info
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Label
- Agama (2)
- Android (4)
- B. indonesia (10)
- B.Inggris (5)
- Biologi (40)
- Blogging Tips N Trick (4)
- EXACT 2 File (1)
- Fisika (15)
- Geografi (3)
- Indonesia (9)
- Kimia (19)
- Linux (8)
- Lyrycs n Songs (16)
- Misteri (13)
- Neuro Associative Conditioning (3)
- Olahraga (7)
- Sejarah (19)
- Software (15)
- Teknologi (37)
- Tips N Info (79)
- Tokoh (7)
Entri Populer
-
Dalam postingan sebelumnya kita sudah mempelajari beberapa pernyataan khusus hukum kedua termodinamika. Perlu diketahui bahwa pernyataan k...
-
Makam kaisar Tiongkok, Qin Shi Huang, disebut-sebut sebagai salah satu penemuan arkeologi terbesar abad ke-20. Sejarah mencatat, Qin Shi Hua...
-
I am a very emotional person, and often gets easily moved with simple pictures, songs or movie.. There is nothing I hold dear and proud than...
-
Agustus 2009 saat merah putih berkibar dengan gagah di angkasa Kawan sepertinya kali ini khlor benar-benar menepati janjinya dia benar-b...
-
Yo kawan2, kali ini saya akan membahas masalah sistem kekebalan tubuh/imunitas . Tanpa panjang kali lebar, kita mulai pembahasannyyyaaaaaaa...
-
DEMOKRASI LIBERAL Menurut bang Wikipedia, demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) itu adalah sistem politik yang ngelindungi se...
-
LANJUTAN DARI BAGIAN (1) 77. Apa bedanya wayang, sepatu, dan jengkol? Kalo wayang ada yang namanya semar, kalo sepatu disemir, kalo jeng...
0 komentar:
Posting Komentar