Rabu, 19 Januari 2011

Musik dengan genre pop. Ya! Dari namanya saja, ‘popular’, kita bisa menebak seperti apa kira-kira bunyi musik dengan genre ini. Tipikal musik pop adalah mengandalkan reff yang mempunyai rangkaian nada yang dianggap bagus/keren, dengan nada pembuka yang biasanya dipelan-pelankan, dan ada nada selingan di tengah-tengah komposisi lagunya yang di ‘kres-kres’ kan, sekedar selingan agar pendengar tetap ‘tidak bosan’ dan setia mendengarkan lagu indoktrinisasi tersebut. Musik pop adalah musik yang paling cepat naik daun dan paling cepat pula turun pamornya di masyarakat. Mengapa demikian?
  • Hanya mengandalkan satu rangkaian nada yang dianggap keren
  • Nada yang dianggap keren akan selalu diulang-ulang, minimal 5 kali supaya pendengar ‘senang’
  • Nada yang dianggap keren sebenarnya adalah ‘nada norak’ yang tidak perlu energi tersendiri untuk mencernanya. Jelas ini mematikan kemampuan otak untuk mencerna informasi. Dengan kata lain, otak ‘bengong’ ketika mendengarkan musik ini
  • Mengandung kata-kata yang tidak mendidik, bahkan merusak. Parahnya lagi kata-kata itu akan terus diulang-ulang pada reff lagu dan kata-kata sampah itu akan terus didengung-dengungkan sampai lagu habis. Contoh reff: Aku sedang ingin bercinta karena mungkin ada kamu disini; dan kata-kata sampah yang mencerminkan manusia berotak binatang itu akan terus didengung-dengungkan sampai lagu habis
  • Mendoktrin manusia dengan doktrin sampah yang tidak masuk akal. Karena ‘kekuatan pengulangan’, doktrin tidak masuk akal sekalipun dapat masuk ke dalam akal manusia, inilah sebenarnya dasar dari iklan-iklan di televisi. Contoh reff: Tolong dekati aku, tolong hampiri aku, tolong jamahi aku, agar aku bijaksana, agar aku bahagia, agar aku merasakan cinta. Kali ini adalah doktrin untuk menjadi lelaki bloon dan muluk-muluk, tidak ada korelasi kata-kata dalam lirik itu. Ini adalah lirik paling menjijikan yang pernah saya dengar.
  • Mencerminkan kemunafikan penciptanya, grup band *eterpa* salah satu contohnya. Jelas-jelas si vokalis sudah menghamili seseorang diluar nikah, dan setelah perkawinan karena ‘kecelakaan’ itu si vokalis terkesan ‘cuek’ dengan istrinya. (bukan berarti saya suka nggosip loh!) Eh ternyata masih bisa mengeluarkan lagu ‘Cinta Suci’, dengan kata cinta suci diulang-ulangkan terus di lagu itu. Cinta suci yang seperti apa ya maksud dia?
  • Lagu pop yang dianggap ‘keren’ akan dijadikan soundtrack sinteron-sinetron perusak moral dan pembodohan bangsa, tidak segan-segan dijadikan judul sinetronnya!
Demikian hal-hal yang membuat saya kurang menyukai jenis musik ini; meskipun demikian, tidak semua lagu pop mempunyai keburukan-keburukan seperti diatas. Ada pula lagu pop yang saya sukai, misalnya grup Koes Plus dan Iwan Fals. Lagu-lagunya mencerminkan kenyataan yang terjadi di sekitar kita, dan bisa menggugah nurani orang yang mendengarkan lagunya. Dibalik segala keburukan yang saya sebutkan diatas, saya menemukan musik klasik dan musik jazz mempunyai semua kebalikannya, jadi mengapa tidak mencoba menyetel FM 99.90? (untuk anda yang berdomisili di Jakarta)
Sampai kapan membiarkan diri anda dibodohi? Hentikan mendengarkan lagu-lagu yang bisa merusak pikiran anda!

1 komentar:

yang terpilih mengatakan...

menurut saya musik tuh emang ngaruh ama yang kita pmikiran kita, jadi kalo yang kita dengerin tuh musik "CENGENG" maka kita juga bakalan jadi ikut2an "CENGENG"
pendapat lho, jangan di laporin ke polsek ya,,,

Translate

Entri Populer

Total Pengunjung

Pengikut