Selasa, 30 Agustus 2011
Pola-pola hereditas mempelajari berbagai macam cara pewarisan sifat, yang meliputi:
- Pautan (linkage)
- Pindahsilang (crossing over)
- Pautan sex (sex linkage)
- Gagal berpisah (non disjunction)
- Determinasi sex
- Gen lethal
1. Pautan
Pautan/Tautan (linkage) adalah suatu keadaan dimana terdapat banyak gen dalam satu kromosom.
Pengertian ini biasanya mengacu pada kromosom tubuh (autosom).
Akibatnya bila kromosom memisah dari kromosom homolognya, gen-gen yang
berpautan tersebut selalu bersama.
Semisal suatu genotif AaBb mengalami pautan antar gen dominan dan
antar gen resesif, maka A dan B terdapat dalam satu kromosom, sedangkan a
dan b terdapat pada kromosom homolognya. Bila terjadi pembelahan meiosis maka gamet yang terbentuk ada dua macam, yaitu AB dan ab.
Ciri Pautan:
- semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam
- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1
2. Pindah Silang (crossing over)
Pindah silang (crossing over) merupakan peristiwa
pertukaran gen karena kromosom homolog saling melilit saat meiosis.
Misalkan suatu genotif AaBb mengalami pindah silang saat pembelahan
meiosis akan diperoleh gamet sebanyak empat macam, yaitu AB, ab, Ab, dan aB.
- Dua yang pertama (homogamet) disebut kombinasi parental (KP) yang merupakan hasil peristiwa pautan, dan
- dua yang terakhir (heterogamet) disebut kombinasi baru (KB) atau rekombinan (RK) yang merupakan hasil peristiwa pindahsilang.
Prosentase terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang
disebut Nilai Pindah Silang (NPS) yang dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Ciri Pindah silang:
- semisal pada AaBb, gamet 4 macam
- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1 : 1 : 1
3. Pautan Sex
Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak gen tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex.
Adanya pautan sex menyebabkan suatu sifat muncul hanya pada jenis
kelamin tertentu. Ada dua jenis pautan sex, yaitu pautan X dan pautan Y.
Contoh: persilangan antara lalat Drosophilla melanogaster bermata merah dan putih.
P : jantan mata putih X betina mata merah
XmY XMXM
XmY XMXM
F1 : XMY : jantan mata merah
XMXm : betina mata merah
XMXm : betina mata merah
P2 : XMY x XMXm
FZ : XMY : jantan mata merah
XmY : jantan mata putih
XMXM : betina mata merah
XMXm : betina mata merah
XmY : jantan mata putih
XMXM : betina mata merah
XMXm : betina mata merah
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna
mata pada lalat terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan gen
dominan M, dan mata putih disebabkan gen resesif m. Hasil persilangan
pada F, induk jantan yang bermata putih mewariskan gen m pada anak
betina, sedangkan induk betina yang bermata merah mewariskan gen M pada
anak jantan.
Ingat
Pada anak jantan, X berasal dari induk betina
Pada anak betina, X berasal dari kedua induk
Inilah yang disebut konsep pewarisan sifat menyilang (criss cross inheritance)
4. Gagal Berpisah (non disjunction)
Gagal berpisah (non disjunction) merupakan kegagalan kromosom homolog
untuk memisahkan diri saat pembelahan meiosis. Akibatnya terdapat gamet
yang lebih atau kurang jumlah kromosomnya.
Contohnya persilangan antara Drosophilla melanogaster dimana
lalat betina mengalami gagal berpisah. Lalat betina yang mengalami
gagal berpisah membentuk tiga macam kemungkinan gamet yaitu X, XX, dan
0. Bila lalat jantan yang mengalami gagal berpisah kemungkinan gametnya
adalah X, Y, XX, YY, dan 0.
P : XY x XX (gagal berpisah)
G : X X
Y XX
0
Y XX
0
F : XX : betina normal
XY : jantan normal
XXX : betina super (biasanya mati)
XXY : betina (fertil)
XO : jantan (steril)
YO : jantan (lethal)
XY : jantan normal
XXX : betina super (biasanya mati)
XXY : betina (fertil)
XO : jantan (steril)
YO : jantan (lethal)
Gamet hasil gagal berpisah pada:
- betina : X, XX, 0
- jantan : X, Y, XX, YY, 0
5. Determinasi sex
Determinasi sex adalah cara penentuan jenis kelamin pada hewan dan manusia yang dilambangkan dengan huruf tertentu.
Khusus pada Drossophila, penentuan jenis kelamin didasarkan pada Index Kelamin yang merupakan rasio antara jumlah kromosom X dengan jumlah pasangan autosom.
Bila rasionya lebih besar atau sama dengan setengah, jenis kelaminnya
jantan. Bila lebih besar atau sama dengan satu jenis kelaminnya betina.
Dan bila lebih besar dari setengah dan lebih kecil dari satu lalat
tersebut merupakan lalat intersex.
Contoh: AAXX IK = 2X/2A = 1 lalat betina
AAXY IK = X/2A = 0,5 lalat jantan
AAXXX IK = 3X/2A = 1,5 lalat betina
AAXXY IK = 2X/2A = 1 lalat betina
AAXO IK = X/2A = 0,5 lalat jantan
AAAXX IK = 2X/3A = 0,6 lalat intersex
Pada makhluk hidup lain penentuan jenis kelaminnya seperti pada tabel berikut:
AAXY IK = X/2A = 0,5 lalat jantan
AAXXX IK = 3X/2A = 1,5 lalat betina
AAXXY IK = 2X/2A = 1 lalat betina
AAXO IK = X/2A = 0,5 lalat jantan
AAAXX IK = 2X/3A = 0,6 lalat intersex
Pada makhluk hidup lain penentuan jenis kelaminnya seperti pada tabel berikut:
6. Gen Lethal
Gen lethal merupakan gen yang menyebabkan kematian individu yang memilikinya bila dalam keadaan homozigot. Ada dua jenis gen lethal, yaitu lethal dominan dan lethal resesif.
Lethal dominan menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot dominan.
Contoh: persilangan antara tikus kuning dengan sesamanya
p : tikus kuning x tikus kuning
Kk Kk
Kk Kk
F : KK : tikus kuning (lethal) 2Kk : tikus kuning
kk : normal
kk : normal
Rasio fenotif yang hidup antara tikus kuning : normal = 2 : 1 karena tikus kuning homozigot dominan selalu lethal.
Lethal resesif menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot resesif.
Contoh: persilangan antara jagung berdaun hijau dengan sesamanya
p : jagung berdaun hijau x jagung berdaun hijau
Hh Hh
Hh Hh
F : HH : berdaun hijau
2Hh : berdaun hijau
hh : berdaun pucat (albino) – lethal
2Hh : berdaun hijau
hh : berdaun pucat (albino) – lethal
Dari pesilangan di atas hanya tiga yang kemungkinannya dapat hidup
yaitu yang bergenotif HH dan Hh. Sedangkan yang bergenotif hh mati
karena tidak dapat membentuk klorofil.
Label:
Biologi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Blog Archive
- 2014 (1)
- 2013 (5)
- 2012 (40)
-
2011
(136)
- November(4)
- Oktober(6)
- September(3)
-
Agustus(11)
- Pola-Pola Hereditas
- Hereditas Pada Manusia
- Penjelasan Shortcut Dalam COREL DRAW
- Sifat Koligatif Larutan
- Rahasia-rahasia Holocaust yang tak TERUNGKAPKAN !!...
- Ahli Radar Dunia, Putera Indonesia
- Membongkar Misteri Mayat Tujuh Korban G30S
- DETIK-DETIK MENJELANG KEPERGIAN MANTAN PRESIDEN SO...
- Membuat Text Resizer Hanya Dengan Css3 [TANPA SCRIPT]
- Dulu DIa Bukan Siapa-Siapa By Pandji Pragiwaksono,...
- Morning People By Pandji Pragiwaksono, Lirik
- Juli(21)
- Juni(9)
- Mei(29)
- April(9)
- Maret(7)
- Februari(15)
- Januari(22)
- 2010 (38)
Label
- Agama (2)
- Android (4)
- B. indonesia (10)
- B.Inggris (5)
- Biologi (40)
- Blogging Tips N Trick (4)
- EXACT 2 File (1)
- Fisika (15)
- Geografi (3)
- Indonesia (9)
- Kimia (19)
- Linux (8)
- Lyrycs n Songs (16)
- Misteri (13)
- Neuro Associative Conditioning (3)
- Olahraga (7)
- Sejarah (19)
- Software (15)
- Teknologi (37)
- Tips N Info (79)
- Tokoh (7)
Entri Populer
-
Halo semuanya... Saya kembali lagi, setelah lama tidak posting di blog ini karena beberapa urusan kerjaan Well, kali ini saya akan shar...
-
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, serta yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884. ...
-
Koneksi internet yang super kilat sangat diminati bagi para penggunanya, siapa yang gak mau internetan secepat kilat coba? Banyak sekali ...
-
Dalam menjalankan sistem operasi terutamanya BackTrack kita tentunya harus memiliki pengetahuan dasar menggunakannya, berikut ini saya akan...
-
Dapatkah Google+ (Google Plus) mencuri pengguna dari Facebook? Ya. Ada beberapa alasan yang baik untuk beralih dari Facebook ke Google+, m...
-
Sendiri . . . Ada rasa yang terus menggelayut dalam kesendirianku. Dimana tak ada seorang pun yang menemaniku di sekitarku. Aku tak ber...
-
Ikan hias: kiri Melanotaenia ammeri dan kanan Hypseleotris compressa
0 komentar:
Posting Komentar