Rabu, 18 Mei 2011
real%20kromosom Penemu kromosom manusia ternyata orang IndonesiaSiapa yang sangka ternyata seorang ilmuwan dari Indonesia berperan penting dalam perkembangan bioteknologi khususnya genetika. Bersama koleganya dia menemukan dan memastikan bahwa "kromosom manusia berjumlah 23 pasang", lah pan sebelum-sebelumnya para ilmuwan lain sangat meyakini bahwa jumlah kromosom manusia adalah "24 pasang".
Gini nih, ceritanya dimulai tahun 1921. Ada 3 orang yang datang kepada Theophilus Painter meminta untuk "dikebiri" atau "disunat" kalau bahasa kita ya. Nah, 2 pria kulit hitam dan seorang pria kulit putih itu merelakan "senjata" tersayang mereka dicopot berdasarkan kepercayaan yang mereka anut. Lalu, Painter yang orang Texas ini ngamatin isi testis ke-3 orang tadi, dia sayat tipis-tipis tuh testis, lalu diproses dengan larutan kimia, dan dia amati di bawah mikroskop. Lah ternyata, dia melihat ada serabut-serabut kusut yang merupakan kromosom tak berpasangan pada sel testis. Lalu dia itung tuh kromosom dan menurut hitungannya saat itu ada 24 kromosom. Dia sangat yakin, ada 24 kromosom.

Penemu kromosom manusia ternyata orang Indonesia

Lah, keyakinan ini pun diperkuat oleh ilmuwan-ilmuwan lain yang mengamati dengan cara berbeda, mereka pun mendapat hasil yang sama, 24 kromosom. Bahkan hingga 30 tahun kemudian "keyakinan" ini bertahan. Sangking yakinnya para ilmuwan dengan hitungan ini sampai-sampai ada sekelompok ilmuwan meninggalkan penelitian mereka tentang sel hati manusia karena mereka nggak nemuin kromosom ke-24 dalam sel tersebut, mereka hanya menemukan 23 saja. Lha, kemana larinya sepasang lagi? Ilmuwan lain berhasil memisah-misahkan kromosom manusia dan menghitungnya, jumlahnya? Tetap 24 pasang. Kok gitu???
kromosom%20normal Penemu kromosom manusia ternyata orang IndonesiaNah barulah 34 tahun setelah "tragedi" sunatan massal oleh Painter, ilmuwan nemuin tuh cara buat mastiin bahwa jumlah kromosom manusia hanya ada 23 pasang, bukan 24 pasang. Ilmuwan tersebuut bernama Joe-Hin Tjio yang bermitra dengan Albert Levan di Spanyol menemukan teknik yang lebih baik untuk mendapatkan jumlah 23 pasang kromosom manusia. Bahkan ketika mereka menghitung ulang gambar-gambar eksperimen terdahulu yang nyebutin bahwa jumlahnya ada 24, mereka nemuin hanya ada 23. He? Kok Bisa??? Aneh Kan? Mata siapa yang bisa error bin kesliwer begini?
Emang sich kenyataan bahwa kita, manusia hanya memiliki 23 pasang kromosom dianggap aneh & mengejutkan. Lah, pan simpanse, orang utan, dan gorila, yang kandungan genetiknya mirip kayak manusia ternyata memiliki 24 pasang kromosom. So, kromosom manusia ini lain daripada bangsa kera yang lain. Usut punya usut, ternyata ada dua kromosom pada gorila yang jika digabungkan ukurannya tuch akan mirip dengan kromosom ke-2 pada manusia. Aneh bin ajaib emang, perbedaan yang ‘kecil’ ini ditambah sedikit keragaman antara gen-gen manusia dan gorila, membuat penampakan keduanya jauh berbeda.
image2 Penemu kromosom manusia ternyata orang Indonesia
Seperti ditulis dalam Encyclopedia Britannica, Tjio lahir di Jawa, 2 November 1919. Tjio kecil bersekolah di sekolah penjajah Belanda, kemudian dia sempat mendalami fotografi mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang fotografer profesional. Namun selanjutnya Tjio memutar stir ke bidang pertanian dengan kuliah di Sekolah Ilmu Pertanian di Bogor, waktu itu Tjio berusaha mengembangkan tanaman hibrida yang tahan terhadap penyakit. Dari sinilah pondasi ilmu genetika membawanya menjadi seorang ahli genetik terkemuka kelak.
Sempat dipenjara selama tiga tahun saat masa pendudukan Jepang, Tjio melanjutkan pendidikannya ke Belanda melalui program beasiswa. Ia melanjutkan kembali studinya mengenai cytogenetik tanaman dan serangga hingga menjadi ahli dalam bidang tersebut. Kemudian Tjio menghabiskan waktu 11 tahun di Zaragoza setelah pemerintah Spanyol mengundangnya untuk melakukan studi dalam program peningkatan mutu tanaman.
Di sela-sela liburannya, Tjio pun nyambi riset di Institute of Genetics di Lund Swedia dan tertarik untuk meneliti jaringan sel mamalia. Nah, di sinilah penemuannya yang menghebohkan itu ia lakukan.
Di tahun 1955, Tjio nggunain suatu teknik yang baru ditemukan untuk memisahkan kromosom dari inti (nukleus) sel. Ia merupakan salah satu peletak pondasi cytogenetik modern, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan aktifitas kromosom serta mekanisme hereditas, sebagai sebuah cabang utama ilmu genetika. Penelitiannya yang lain pada tahun 1959 membawa pada penemuan bahwa orang-orang yang terkena Down Syndrome memiliki tambahan kromosom dalam sel-sel mereka.
Nah, ada cerita menarik di balik penemuan jumlah 23 pasang kromosom ini, selain memang hasil penelitiannya yang menghebohkan, Tjio pun ngelakuin tindakan yang cukup menggemparkan dunia riset Eropa karena ia nolak untuk ngecantumin si Albert Levan (kepala Institute of Genetics tempat risetnya dilakukan) sebagai Author utama dalam jurnal yang diterbitkan dalam Scandinavian Journal Hereditas tahun 1956 itu, padahal kan itu sesuatu yang ‘wajib’ sesuai konvensi Eropa yang telah berlangsung lama. Tjio bahkan ngancam bakalan membuang kerjaannya itu kalo Tjio nggak dicantumkan sebagai Author utama. Akhirnya, mengingat ini adalah penemuan besar, Levan mengalah dan dia dicantumkan hanya sebagai co-author.
Karir terakhir Tjio bekerja di NIH (National Institute of Health) Washington. Di sana ia mengkompilasi koleksi foto-foto ilmiah yang mendokumentasikan penelitian-penelitiannya yang luar biasa. Ternyata bakat fotografi terpendamnya tersalurkan juga di NIH. Prestasi Tjio pun tak bisa dipandang remeh, terbukti dengan anugerah Outstanding Achievement Award dari Presiden Kennedy tahun 1962.
Tjio meninggal pada tanggal 27 November 2001, 25 hari setelah ultahnya yang ke-82 di Gaithersburg, Maryland, Amerika. Kita boleh berbangga sekaligus prihatin, bangga karena ilmuwan kelahiran Indonesia mampu memberi sumbangsih besar untuk ilmu pengetahuan, tapi juga prihatin karena di negeri kita belum menjadi tempat bagi ilmuwan luar biasa.
Banyak potensi besar orang-orang cerdas yang kurang diperhatikan, sehingga mereka dibajak oleh negara-negara lain yang sudah maju dan mau menghargai prestasi mereka, bahkan sejak masih muda. Sebenarnya sangat disayangkan jika orang sehebat Joe-Hin Tjio yang asli Jawa pada akhirnya dikenal sebagai ahli genetik Amerika.

0 komentar:

Translate

Blog Archive

Entri Populer

Total Pengunjung

Pengikut